•~~~~~•
✒️ Oleh : Ust. Datyadikara, Lc., MEI.
Mudir Madrasah Imam Muzani
———————————–
• Ada keterkaitan yang sangat erat antara hati dan tadabur. Allah berfirman dalam sebuah ayat :
Maka tidakkah mereka mentadaburi Al-Qur`ān, ataukah pada hati mereka ada banyak penutup ? [Surat Muhammad: 24].
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah menafsirkan ayat di atas dengan penjelasan berikut :
أفلا يتدبر هؤلاء المنافقون مواعظ الله التي يعظهم بها في آي القرآن الذي أنزله على نبيه عليه الصلاة والسلام ، ويتفكرون في حججه التي بينها لهم في تنزيله فيعلموا بها خطأ ما هم عليه مقيمون ( أم على قلوب أقفالها ) يقول : أم أقفل الله على قلوبهم فلا يعقلون ما أنزل الله في كتابه من المواعظ والعبر .
Apakah orang-orang munafik itu tidak mau mentadaburi pelajaran-pelajaran yang Allah sampaikan kepada mereka dalam ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan kepada NabiNya shallallahu ‘alaihi wasallam serta mentafakuri bukti-bukti kebenaran yang dijelaskan kepada mereka dalam kitab suciNya sehingga dengan itu mereka menyadari kesalahan yang mereka lakukan. Ataukah Allah telah mengunci hati mereka sehingga mereka tidak memahami apa yang Allah turunkan di dalam kitab suciNya berupa nasihat-nasihat serta pelajaran. [Tafsir Ath-Thabari : 22/179].
Dari penjelasan Imam Thabari di atas, ada beberapa poin-poin penting yang perlu kita perhatikan :
Pertama, ayat di atas pada dasarnya ditujukan kepada orang-orang munafik.
Mereka ditegur oleh Allah karena tidak mampu melakukan tadabur Al-Quran.
Hal ini menandakan bahwa perintah untuk mentadaburi ayat-ayat Al-Quran bukan hanya tertuju kepada golongan orang-orang beriman saja, tetapi juga berlaku untuk orang-orang kafir dan munafik.
Bahkan banyak Ulama Ahli Tafsir mengatakan bahwa perintah untuk tadabur di dalam Al-Quran diulang oleh Allah sebanyak empat kali. Dua ayat tertuju kepada orang munafik, yaitu ayat 82 pada surat An-Nisa dan ayat 24 pada surat Muhammad. Dan dua ayat lainnya tertuju kepada orang kafir, yakni pada ayat 68 surat Al-Mu`minun dan ayat 29 pada surat shaad. Meskipun, berdasarkan kaidah penafsiran, orang-orang beriman pun termasuk golongan yang diperintahkan untuk mentadaburi Al-Quran. [lihat : Mafhum At-Tafsir : 185-186].
Semua ini seolah memberi pesan bahwa, orang beriman sudah semestinya memiliki kemauan dan antusias yang tinggi untuk mentadaburi Al-Quran, orang beriman semestinya menjadikan kegiatan tadabur sebagai ‘budaya’ ilmiahnya sehingga tak perlu ditegur seperti orang-orang kafir dan munafik.
Kedua, ayat ini menunjukkan bahwa penyebab ketidakmampuan orang-orang munafik untuk mentadaburi Al-Quran adalah karena pada hati mereka terdapat ”Aqfaal” yang merupakan bentuk jamak dari qufl yang artinya penutup. Artinya, banyak penutup-penutup yang mengunci pintu hati orang munafik sehingga hidayah, pelajaran dan ibrah-ibrah yang terdapat dalam Al-Quran tidak bisa menembus hatinya.
• Pertanyannya : Apa saja penutup-penutup yang menghalangi hati, sehingga mereka orang munafik tidak mampu mentadaburi Al-Quran?
Jawabannya tentu ada di dalam Al-Quran. Karena diantara ‘keunikan’ dan keistimewaan Al-Quran adalah; kemampuannya menyingkap apa yang tak terlihat, yang diantaranya adalah kondisi hati.
Mari kita mencoba mengulas ayat-ayat yang berbicara tentang kondisi hati orang-orang munafik :
1. Hati mereka diterpa keraguan.
Allah berfirman :
Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. [Al-Hadid : 14].
Dalam ayat lain Allah menyebut keraguan ini sebagai penyakit yang ada dalam hati orang munafik. Allah berfirman :
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [Al-Baqarah : 10].
Ibnu ‘Abbas menafsirkan sakit pada ayat ini dengan “keraguan”.
Kedua ayat ini menunjukkan bahwa diantara penyakit utama orang munafik adalah ragu terhadap Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad atau dengan kata lain keimanan meraka sangat lemah bahkan boleh jadi tidak ada sama sekali.
Karena itu, langkah pertama yang dapat kita lakukan agar kita mampu membangun kemampuan tadabur adalah membuang keraguan dari hati kita dan menanamkan keimanan serta keyakinan akan kebenaran Al-Quran.
Ini ‘manhaj tarbawi’ (metode pendidikan yang diterapkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits shabat Jundub bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu berkata :
“Ketika kami bersama Nabi ﷺ, pada saat itu kami merupakan sosok pemuda-pemuda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al-Qur’an, kemudian kami mempelajari Al-Qur’an, maka dengan begitu bertambahlah keimanan kami.” [ HR. Ibnu Majah no. 60, dinilai shahih oleh Al-Albani].
Diakhir zaman, akan banyak orang yang sebagaimana digambarkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu :
يقيمون حروفه ولايقيمون حدوده
“fasih melantunkan huruf-huruf Al-Quran, namun tak ‘fasih’ melaksanakan hukum-hukum Al-Quran.”
Al-Quran hanya terhenti di rongga mulut saja tidak dapat melewati kerongkongan mereka untuk kemudian menembus ke dalam hati.
Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Mereka membaca Al-Qur’an namun tidak dapat melewati kerongkongan mereka (tidak meresap dalam hati), mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah keluar dari busurnya”. [HR. Bukhari].
Semoga bermanfaat,
Jakarta 24 Ramadan 1443 H.
GRUP WA MAJLIS TADABUR AL-QURAN
AKADEMI IMAM MUZANI
——————-
Ingin bergabung?
Tulis kirim pesan wa “gabung”, ke nomor : +6285781431841
——————-
YAYASAN IMAM MUZANI CENTER
Donasi Dakwah dan Pendidikan :
Bank Syariah Indonesia ( BSI )
7181 162 494
An. Yayasan Imam Muzani Center