Abu Bakar bin Abdurrahman bercerita bahwa Syaikh Abu Muhammad Ibnu Abi Zaid al-Qairawani adalah seorang yang dikenal memiliki kedudukan tinggi dalam ilmu agama dan ketakwaan.
Akan tetapi beliau memiliki isteri yang buruk sikapnya terhadap suami, tidak melayani suami dengan baik dan suka menyakiti suami dengan lisannya.
Ketika hal ini ditanyakan kepada beliau, respon beliau adalah bersabar menghadapi isteri. Beliau mengatakan:
أنا رجل قد أكمل الله على النعمة في صحة بدني و معرفتي و ما ملكت يميني فلعلها بعثت عقوبة على ديني فأخاف إذا فارقتها أن تنزل بي عقوبة هي أشد منها
“Aku adalah seorang yang telah Allah beri nikmat yang sempurna berupa badan sehat, ilmu dan harta. Boleh jadi isteriku tersebut dihadirkan sebagai hukuman atas kekurangan agamaku. Aku khawatir jika aku menceraikannya aku akan mendapatkan hukuman yang lebih berat lagi”
(Ahkam al-Qur’an karya Ibnul Arabi 1/388, Dar al-Kitab al-Arabi)
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
💚Dengan menikah boleh jadi seorang itu makin bahagia atau sebaliknya makin galau dan sengsara.
💙Pasangan hidup kita adalah pilihan terbaik yang Allah hadiahkan untuk kita.
💜 “Kita wajib berbaik sangka kepada Allah dalam pasangan yang Allah berikan kepada kita.” 💜
🤎Jika ternyata pasangan yang Allah berikan itu benar-benar mengecewakan bersikaplah sebagai sikap sang ulama di atas, Ibnu Abi Zaid al-Qairawani ulama besar Mazhab Maliki dari Tunisia.
🚹Suami berprinsip, “Isteriku itu cerewet dan sadis lisannya karena dosa yang demikian banyak kulakukan di masa silam”.
🚺Sebaliknya isteri juga berprinsip, “Suamiku itu kasar dan jelek perangainya kepada diriku karena Allah ingin menghapus tumpukan dosaku dengannya”.
Dengan sikap demikian rumah tangga tetap bisa dipertahankan dan tidak ada anak-anak yang terlantar gara-gara perceraian.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
✒️ Ustadz Dr. Aris Munandar, S.S, MPI
🕌Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an –Bantul Yogyakarta